fundamental terutama dari sudut keuangan, juga sisi management emiten, sehingga kita bisa memperoleh nilai wajar suatu saham di bandingkan dengan harga pasarnya saat ini. Dari sisi keuangan, kita melihat tingkat profitabilitas, likuiditas dan solvabilitas juga kestabilan kinerja selama 5 tahun terakhir.
Kalau sudah berinvestasi di reksadana, tentu kamu mengharapkan keuntungan. Namun apakah kamu sudah mengerti dari mana keuntungan investasi reksadana didapatkan? Untuk memahaminya yuk simak penjelasan ini Aktiva BersihDalam reksadana, kita mengenal istilah Nilai Aktiva Bersih NAB. NAB adalah kata keren untuk Harga Reksadana per unit. Harga/unit ini merupakan nilai wajar dari sebuah portofolio reksadana setelah dikurangi biaya operasional, kemudian nilainya dibagi dengan jumlah unit penyertaan yang inilah adalah harga yang kamu bayar ketika kamu membeli reksadana. Untung dari ReksadanaKetika kamu beli reksadana, kamu akan untung ketika harga reksadana naik. Misalnya, kamu beli reksadana A senilai Rp . Lalu 1 tahun kemudian, kamu jual reksadana kamu setelah harga reksadana A naik dan investasi kamu menjadi Rp Disini artinya kamu untung sebesar Rp reksadana diupdate sekali setiap hari kerja dan bisa kamu pantau dari aplikasi Bibit di Hp kamu kapan yang Menyebabkan NAB/unit bisa naik ?Reksadana berisi beberapa aset instumen investasi seperti saham, obligasi dan deposito. Disinilah peran Manajer Investasi untuk memilih aset yang bisa naik harganya. Ketika harga aset di dalam reksadana itu naik, otomatis NAB pun juga ikut naik. Studi Kasus Cara Menghitung Keuntungan ReksadanaContohBudi adalah seorang karyawan dengan penghasilan Rp 6 Juta per bulan. Budi berinvestasi di reksadana ABCD dengan cara nabung rutin Rp 1 Juta setiap tanggal 1 setiap bulannya. NAB Rata-Rata = Total Investasi Total Unit = Unit = 1 Desember 2019 NAB reksadana ABCD adalah keuntungan yang diperoleh Budi per 1 Desember 2019 adalah= NAB 1 Desember 2019 X Total Unit - Modal Investasi= X - - Rp keuntungan Budi per tanggal 1 Desember 2019 adalah atau 7,29% dari modal Prospek Keuntungan Reksa Dana di Masa Depan?Perlu kamu tahu, kalau keuntungan reksadana kenaikan NAB jangka panjang itu sangat erat kaitannya dengan kondisi perkembangan ekonomi. Melihat perkembangan ekonomi Indonesia yang terus tumbuh sejak puluhan tahun yang lalu, maka bukannya tidak mungkin perkembangan itu akan berlanjut di masa depan. Bahkan, Indonesia di prediksi sebagai negara dengan perekonomian terbesar ke-4 di dunia menurut riset Price Waterhouse Cooper pada tahun 2050. Jadi, semakin awal kamu mulai investasi, maka semakin besar potensi keuntungan yang bisa didaptkan di masa hadirnya Bibit sebagai platform Investasi Reksa Dana, kamu bisa mendapatkan pilihan Reksa Dana terbaik di Indonesia yang sudah diseleksi ketat, dan tinggal mulai investasi dengan mulai sekarang, sebelum terlambat.
Dansaya menggunakan harga wajar sebagai titiknya karena harga wajar ini sifatnya fixed minimal selama per kuartal. Berbeda dengan PBV atau PER. Dalam PBV atau PER ada kata price yang kalian tau sendiri akan berubah setiap menit. Contohnya seperti ini. Pada tanggal 10 Juni 2021 kalian menganalisa saham EKAD di harga Rp 1440.
Reksadana telah menjadi cara investasi yang marak dicari oleh pemula. Hal ini terjadi akibat reksadana memiliki tingkat risiko yang cukup rendah. Bagi pemula yang belum memahami sistematika atau cara kerja reksadana, risiko yang rendah akan menjadi sebuah keuntungan baginya. Namun, reksadana memiliki istilah-istilah yang mungkin akan membuat para investor pemula bertanya-tanya. Agar tidak mundur dari permainan, perlu diketahui dan dipahami istilah-istilah tersebut. Istilah termudah dan mungkin yang pertama akan dijumpai adalah Nilai Aktiva Bersih NAB. Untuk memahami istilah NAB, yuk simak penjelasan berikut ini. Baca juga Bunga Reksadana – Besaran, Cara Hitung, dan Daftar Reksadana Bunga Tertinggi Pengertian NAB Reksadana NAB Reksadana Nilai Aktiva Bersih atau yang sering disingkat sebagai NAB adalah nilai total investasi dalam setiap produk investasi reksadana. Setiap harinya, investor akan mengetahui total kekayaan bersih sebuah reksadana yang digambarkan oleh NAB. Total kekayaan bersih ini merupakan jumlah dana yang dikelola oleh MI atau manajer investasi produk reksadana dan kemudian dihitung setiap harinya berdasarkan hari perdagangan bursa. NAB adalah harga bersih dari dana yang dikelola setelah dikurangi biaya operasional. Nantinya, NAB dipublikasikan ke media-media agar diketahui oleh khalayak umum. Jadi, masyarakat yang belum atau ingin memulai reksadana juga dapat mengetahui segelintir dari kondisi pasar reksadana. Cara Kerja NAB Reksadana dan Perhitungannya dalam Investasi Cara menghitung NAB Reksadana pada dasarnya tidak sulit. Angka NAB didapatkan dengan cara menjumlahkan total aktiva bersih dari keseluruhan dana dari reksadana yang kemudian dibagi dengan total unit yang ada di pasar. Mungkin untuk pemula akan bertanya, “Apa itu total aktiva bersih?”. Nah, total aktiva bersih merupakan nilai bersih yang diambil dari nilai pasar produk investasi tertentu dalam reksadana, yang meliputi deposito, saham, obligasi, dan surat berharga pasar uang. NAB adalah nilai yang sudah bersih dari biaya operasional. Biaya manajer investasi dan biaya bank kustodian merupakan beberapa bentuk dari biaya operasional. Maka, saat kamu berinvestasi reksadana, tidak lagi memikirkan biaya operasional, apalagi pada saat melihat angka NAB/unit. Investasi reksadana lebih menjadi nyaman, deh. Biasanya, produk reksadana dijual berbentuk satuan unit. Investor kemudian akan membeli produk reksadana per unit dari NAB. Hal ini membuat NAB-nya pun dihitung per unit yang juga. Alhasil, muncul istilah NAB/unit. Sehingga sebagai investor, kamu hanya perlu melihat unit penjualan setiap produk reksadana dan berapa perubahan nilai NAB-nya. Rumus Menghitung Jumlah Unit Reksadana Jumlah Unit Reksadana Jumlah Dana Investasi NAB/unit Sebagai contoh, harga jual reksadana CRMT adalah pada tanggal 1 Oktober 2022. Kamu menginvestasikan dana senilai untuk membeli reksadana tersebut di hari yang sama. Setelah pembelian selesai dilakukan kamu akan mendapatkan unit reksadana CRMT. Jumlah Unit Reksadana CRMT yang Kamu Miliki Jumlah Dana Investasi NAB/unit reksadana CRMT = unit Kesimpulannya, per tanggal 1 Oktober 2022, kamu memiliki nilai investasi reksadana CRMT sebesar unit reksadana dengan nilai NAB sebesar Perlu kamu ketahui, setiap harinya nilai NAB/unit ini akan berubah nilainya sesuai dengan kondisi transaksi para investor. Cara Menghitung Keuntungan NAB Reksadana Menghitung NAB Setelah memahami cara menghitung jumlah unit reksadana, berikut pembahasan bagaimana cara hitung keuntungannya nih. Dalam investasi reksadana, keuntungan dapat dihitung berdasarkan selisih kenaikan NAB saat penjualan dan NAB saat pembelian. Kamu akan mendapatkan keuntungan ketika NAB penjualan lebih besar daripada NAB pembelian. Hal ini juga berlaku pada setiap satuan unit reksadana NAB/unit yang termasuk dalam transaksi jual beli yang dilakukan. Berikut contoh perhitungannya Kita ambil lagi contoh di atas, per tanggal 1 Oktober 2022, kamu memiliki nilai investasi reksadana CRMT sebesar unit reksadana dengan nilai NAB sebesar Pada tanggal 1 Januari 2023, kamu memutuskan untuk menjual seluruh unit reksadana tersebut dengan harapan mendapatkan keuntungan. Pada tanggal 1 Januari 2023, NAB/unit dari reksadana CRMT adalah berapa keuntungan yang didapat? Keuntungan Reksadana CRMT Total Nilai Investasi Sekarang NAB/unit Reksadana CRMT x Jumlah Unit Reksadana CRMT - Total Modal Investasi x unit - - Sehingga, jika kamu melakukan penjualan di tanggal 1 Januari 2023, Kamu akan mendapatkan keuntungan sebesar 2%. Dalam contoh di atas, terjadi kenaikan pada NAB/unit dari reksadana CRMT, maka sebagi investor kamu juga akan mendapatkan keuntungan karena NAB/unit dari reksadana CRMT pada tanggal 1 Januari 2023 saat penjualan lebih besar dari tanggal 1 Oktober 2022 saat pembelian. Perlu diingat, NAB/unit ini juga bisa mengalami penurunan. Sehingga jika nilai NAB/unit menurun saat penjualan dilakukan, tentunya kamu juga akan mengalami kerugian. Maka dari itu, jangan lupa untuk menggunakan strategi investasi yang tepat dan memilih reksadana sesuai dengan portofolio serta tujuan investasi kamu ya. Bingung cari investasi Reksa Dana yang aman dan menguntungkan? Cermati solusinya! Mulai Berinvestasi Sekarang! Peran NAB Reksadana NAB Reksadana Nah, sebelum memulai investasi, kamu perlu paham peran yang dimainkan oleh NAB reksadana. Umumnya, para investor akan melihat kemampuan kerja atau hasil reksadana melalui NAB/unit setiap produk reksadana. Namun, peran NAB/unit tidak bisa dijadikan sebuah patokan menilai suatu produk reksadana. Cara yang dapat membantu kamu dalam berinvestasi adalah mengetahui kinerja reksadana melalui riwayat keuntungan dari setiap produk reksadana. Lalu, kenapa NAB/Unit tidak bisa dijadikan acuan? NAB/unit hanya menunjukkan perhitungan aset dasar. Maka, secara umum tidak akan memengaruhi pilihan investasi reksadana kamu. Justru yang memengaruhi adalah produk reksadana yang dipilih. Namun, bukan berarti NAB/unit tidak baik, ya. Dengan adanya NAB/unit, kamu bisa mengetahui berapa besar unit reksadana yang bisa dimiliki dengan menanamkan sejumlah modal. Peran yang dimainkan NAB/unit adalah memberikan kisaran unit produk reksadana yang dimiliki dengan harga tertentu. Nantinya, ini bisa dijadikan referensi untuk memiliki produk reksadana. Bisa jadi, unit yang dimiliki sedikit, tapi keuntungan yang diraih besar, lho! Faktor yang Memengaruhi NAB Reksadana 1. Peningkatan Dana Kelolaan Dana yang ditanamkan oleh investor akan membuahkan jumlah dana kelolaan tertentu. Dana kelolaan ini didapatkan dari banyaknya investor yang menanamkan modal. Makin banyak investor, makin besar pula jumlah dana kelolaannya. Lalu, jumlah dana kelolaan ini akan berpengaruh pada nilai NAB/UP. Jika jumlah dana kelolaan besar, maka harga NAB/UP di suatu produk reksadana juga menjadi tinggi. Begitu pula sebaliknya, bila jumlah dana kelolaan kecil, harga NAB/UP dari produk reksadana akan menjadi rendah. Jika diperhatikan, semua unsur ini sangat berkaitan dan memengaruhi satu sama lain. Jumlah investor akan memengaruhi jumlah dana kelolaan yang kemudian akan memengaruhi harga NAB/UP. Jadi, NAB/UP secara tidak langsung dipengaruhi oleh banyaknya investor pula. 2. Perubahan Nilai Pasar Wajar NPW Berkaitan dengan faktor di atas, jumlah dana kelolaan yang berubah juga dapat dipengaruhi oleh Nilai Pasar Wajar NPW. Singkatnya, NPW merupakan nilai yang didapat dari transaksi saham atau efek yang dilakukan oleh pihak secara bebas dan tanpa paksaan. NPW ini akan diatur oleh perusahaan yang bertugas untuk melakukan penilaian harga efek bernama Lembaga Penilaian Harga Efek LPHE. Karena tugasnya adalah untuk menilai harga efek, LPHE dapat menentukan harga pasar wajar berdasarkan hasil pantauannya terhadap nilai transaksi dari produk-produk investasi. Nilai transaksi dari sebuah produk investasi tentunya akan berubah setiap harinya. Hal ini menyebabkan perubahan NPW yang fluktuatif setiap hari pula. Dengan begitu, jumlah dana kelolaan juga akan berombak dan pada akhirnya akan berpengaruh pada harga NAB/UP. 3. Suku Bunga Bank Indonesia BI Suku Bunga Bank Indonesia BI merupakan suku bunga yang menggambarkan kebijakan moneter yang diterbitkan BI dan diumumkan pada publik. Dengan kata lain, suku bunga BI ini dapat menggambarkan perekonomian negara. Suku bunga ini akan memengaruhi perilaku para investor. Jika suku bunga BI sedang dinaikkan, terdapat kemungkinan investor akan cenderung menarik dananya dari sebuah aset dan memindahkannya ke produk investasi yang bisa memberikan profit berlebih. Maka, jika suku bunga BI yang dinaikkan berpengaruh pada NPW, terdapat kemungkinan investor akan menjual produk-produk investasi yang dimilikinya. Jika jumlah investor berkurang, jumlah dana kelolaan pun akan berkurang dan NAB akan sangat berpengaruh. Alhasil, NAB/UP menjadi fluktuatif dan keuntungan yang didapat pun akan berkurang. Baca juga Mahar Pernikahan Pakai Reksadana? Ini Keuntungannya! Nikmati Keuntungan yang Berlimpah dengan Memahami NAB Reksadana! Investasi reksadana memang terkesan rumit bagi para investor pemula. Banyak istilah yang tidak dimengerti, terutama ketika mulai memilih manajemen investasi dan membangun portofolio. Istilah NAB atau NAB/UP bermunculan banyak dan membuat kamu bertanya-tanya. Namun, setelah memahami pengertian, peran, faktor penyebab, bahkan sampai cara menghitung NAB reksadana, investasi menjadi lebih mudah dan lebih asik. Dengan begitu, kamu dapat lebih cepat memilih produk reksadana yang diinginkan beserta dengan manajemen investasi yang paling cocok untukmu.
Konsepharga wajar ini telah saya bahas di tulisan sebelumnya di sini. Dalam melakukan valuasi, mau tidak mau kita harus mengerti sedikit cara membaca laporan keuangan sebab perhitungan valuasi melibatkan item-item dalam laporan keuangan perusahaan. Untung saja, seorang teman baik saya, Edison telah memaparkan dengan sangat baik bagaimana cara
Menghitung harga wajar saham merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh investor untuk mengetahui berapa nilai yang pantas sebuah saham. Dengan mengetahui apakah sebuah saham sedang undervalued atau overvalued, seorang investor dapat dengan mudah menganalisis valuasi perusahaan dan menentukan emiten mana yang layak dikoleksi. Untuk menentukan nilai wajar sebuah saham, seorang investor perlu melakukan analisis fundamental saham dengan menggunakan metode nilai intrinsik ala Benjamin Graham dan menganalisis rasio keuangan perusahaan. Rasio Keuangan Dalam Menghitung Harga Wajar Saham Untuk mengetahui apakah sebuah saham sudah dihargai sesuai atau tidak, para investor, baik pemula maupun profesional, sering menggunakan beberapa rasio keuangan. Rasio keuangan tersebut antara lain meliputi EPS, PBV, PER, dan ROE, yang memungkinkan investor untuk memperoleh informasi tentang kinerja perusahaan baik dalam tahun berjalan maupun periode sebelumnya. Untuk investor pemula, sangat disarankan untuk memahami perhitungan rasio keuangan ini agar dapat membuat keputusan investasi yang lebih matang sebelum membeli saham melalui aplikasi online. Terdapat beberapa faktor yang biasanya menjadi pertimbangan investor dalam membeli saham, seperti jumlah aset atau kekayaan bersih perusahaan, jumlah utang, dan jumlah pendapatan yang diperoleh dari tahun ke tahun. Dalam menghitung valuasi perusahaan, kombinasikan pengetahuan ini agar mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif tentang emiten yang dituju. Melalui valuasi saham yang tepat, investor dapat memperoleh panduan yang lebih jelas dalam membeli saham dengan harga yang terjangkau dan menghindari saham dengan valuasi yang mahal. Cara Menghitung Harga Wajar Saham dengan Rasio Keuangan Berikut 4 cara untuk menghitung harga wajar saham yang mudah bagi investor pemula. Earnings Per Share EPS adalah rasio keuangan yang mengukur pendapatan bersih perusahaan dalam setahun setelah dikurangi dividen untuk saham preferen, kemudian dibagi dengan jumlah saham yang beredar. EPS juga dapat diartikan sebagai jumlah laba yang dihasilkan oleh perusahaan untuk setiap lembar saham yang dimiliki oleh pemegang saham. Dengan kata lain, EPS adalah rasio untuk mengetahui berapa jumlah laba bersih yang didapat dari setiap lembar saham yang beredar. Jadi semakin tinggi pendapatan perusahaan, maka nilai EPS nya akan semakin besar. Dari perhitungan EPS kita bisa mengetahui bagaimana prospek pendapatan perusahaan dari tahun ke tahun. Sebagai contoh, mari kita ambil kasus Perusahaan A yang memiliki nilai EPS sebesar Rp. 850 per saham. Hal ini berarti bahwa setiap lembar saham Perusahaan A menghasilkan laba sebesar Rp. 850. Lalu bagaimana cara menghitung Earnings Per Share untuk menentukan apakah sebuah saham mahal atau murah? Earning Per Share EPS = Laba bersih – Dividen preferen / Jumlah saham yang beredar pada akhir periode Price to Book Value PBV PBV atau Price to Book Value adalah rasio harga saham terhadap nilai buku nilai aset dalam pembukuan perusahaan. Nilai buku diperoleh dari Aktiva – Kewajiban. Misalnya perusahaan A memiliki total aset / aktiva senilai kemudian total kewajiban sebesar jadi sisa kekayaan perusahaan adalah Jika suatu saat perusahaan A dijual, maka sisa kekayaan tersebut yang akan dibagikan kepada seluruh pemegang saham. Melalui PBV kita bisa melihat apakah harga saham suatu emiten tersebut sesuai dengan jumlah nilai aset yang dimiliki perusahaan saat ini. Sehingga perhitungan PBV termasuk salah satu rasio keuangan yang biasa digunakan para investor untuk menghitung harga wajar saham dan sebagai pertimbangan dalam memilih suatu saham. Umumnya hasil perhitungan yang menunjukkan bahwa suatu emiten memiliki nilai PBV lebih dari 1, maka harga suatu saham dinyatakan mahal atau overvalued. Sebaliknya, jika nilai PBV kurang dari 1, maka harga saham termasuk murah atau undervalued. Misalnya diketahui nilai PBV sebesar 2x, artinya harga saham sudah mencapai 2 kali lipat dibandingkan nilai aset atau kekayaan bersih perusahaan. Lalu bagaimana cara menghitung PBV? Simak penjelasan rumus dan contoh PBV berikut ini. Price to book Value PBV = Harga Saham / Nilai Buku perlembar saham Contoh Bank BRI memiliki harga saham dan nilai buku per lembar saham maka nilai PBVnya adalah / = Bagi para investor, terutama bagi investor pemula yang ingin menilai harga wajar saham menggunakan Price-to-Book Value PBV, disarankan untuk memperhatikan nilai PBV pada industri yang sejenis. Jika nilai PBV pada industri tersebut tidak berbeda jauh, maka harga saham tersebut masih dapat dikatakan wajar. Hal ini dikarenakan setiap jenis industri memiliki nilai wajar PBV yang berbeda-beda. Sebagai contoh, industri keuangan dan pembiayaan biasanya memiliki nilai PBV yang lebih dari 1. Hal ini disebabkan karena aset atau kekayaan pada industri perbankan umumnya bukan dalam bentuk aset tetap, melainkan berupa aset finansial seperti investasi, pembiayaan kredit, dan tagihan. Sebagai contoh, PBV bank BCA mencapai hampir 5 kali lipat, namun saham BCA masih tetap diminati oleh para investor karena optimis dengan kinerja industri perbankan yang dijalankan oleh BCA. Oleh karena itu, nilai PBV yang tinggi pada industri ini tidak selalu dianggap overvalued dan berpotensi merugikan. Price to Earnings Ratio PER Alternatif cara menghitung berapa harga wajar sebuah saham dapat menggunakan Price to Earnings Ratio PER. Analisis teknikal PER juga direkomendasikan untuk para investor pemula untuk melihat suatu saham apakah layak dibeli atau tidak. Apa itu PER? PER adalah rasio untuk menilai emiten berdasarkan harga saham terhadap laba bersihnya atau Earning Per Share EPS. Seperti pada perhitungan PBV, untuk mencari harga wajar saham menggunakan PER sebaiknya dengan membandingkan PER dengan industri yang sejenis. Jika diketahui nilai PER perusahaan tidak jauh berbeda dengan perusahaan sejenis, maka harga saham bisa dianggap wajar. Rumus PER adalah Price To Earnings Ratio PER = Harga Saham / Laba Per Saham EPS Jika PER suatu perusahaan lebih besar dari rata-rata perusahaan sejenis, maka harga saham dianggap mahal. Sebaliknya, semakin kecil nilai PER suatu perusahaan dibandingkan dengan perusahaan sejenis, maka harga saham dianggap murah. Perhitungan PER dapat memberikan gambaran bahwa harga saham Rp. 3000 kadang-kadang bisa lebih murah dibandingkan dengan harga saham Rp. 400. Hal ini dikarenakan harga saham Rp. 3000 mungkin memiliki nilai PER sebesar 10x, sedangkan harga saham Rp. 400 memiliki PER sebesar 17x. Namun saat ini, untuk memeriksa kewajaran harga saham, telah tersedia berbagai aplikasi dan situs web yang menyediakan laporan saham lengkap dengan analisis fundamental secara otomatis, seperti yang telah dijelaskan di atas. Hal ini memudahkan investor, terutama bagi investor pemula, untuk melakukan penilaian saham secara lebih akurat dan efisien. Return On Equity ROE Valuasi ROE berfungsi untuk mengukur kemampuan pada suatu perusahaan dalam menghasilkan laba dari investasi yang disetorkan oleh pemilik saham. Jadi semakin besar nilai ROE maka menunjukkan bahwa perusahaan bisa mengelola modal dengan baik dan menghasilkan laba yang besar. Rumus ROE adalah Return On Equity ROE = Laba Bersih Setelah Pajak / Total Ekuitas Contohnya Perusahaan A memiliki modal dari pemegang saham biasa sebesar Rp. dan bisa menghasilkan laba bersih sebesar Maka ROE nya adalah Rp. / Rp. = atau 60% ROE. Maka rasio pengembalian modal dari Perusahaan A adalah sebesar 60%.
ManajerInvestasi selaku penanggung jawab terhadap pengelolaan aset reksadana akan menilai harga pasar wajar dari seluruh aset reksadana pada setiap sore hari. Penilaian pasar wajar tersebut termasuk semua keuntungan dan kerugian yang dialami baik keuntungan atau kerugian yang telah terealisasi maupun yang belum direalisasi
Dalam tulisan sebelumnya disini, kita sudah membahas dua metode untuk menentukan harga wajar sebuah saham yaitu dengan menggunakan metode berdasarkan Net Assets Value aset bersih/ekuitas dan metode Peter Lynch's Fair PER. Kedua metode ini bisa disebut mengabaikan potensi pertumbuhan suatu perusahaan dalam perhitungannya dan memiliki syarat-syarat tertentu, sehingga tidak banyak saham yang bisa dinilai harga wajarnya menggunakan kedua metode ini. Nah, oleh karena itu, kita beranjak ke metode berikutnya yang menurut penulis lebih cocok dalam menilai harga wajar saham-saham di Indonesia. Sebelum melanjutkan ke metode berikutnya, ada baiknya kita merangkum kembali kedua metode yang sudah dibahas. Untuk metode NAV, nilai wajar sebuah saham sama dengan nilai buku per lembar sahamnya, atau dengan kata lain nilai PBVnya <= 1. Beberapa kekurangan utama terkait metode ini adalah diabaikannya pertumbuhan yang telah dan tengah dialami oleh suatu perusahaan. Oleh karena itu, dalam banyak kasus perusahaan yang memiliki PBV <= 1 biasanya merupakan perusahaan-perusahaan yang mungkin namanya bahkan baru Anda dengar dimana fundamentalnya memang tidak bagus serta sering merugi, sedangkan perusahaan-perusahaan yang familiar, terkenal, dan selalu untung biasanya memiliki PBV jauh di atas 1. Metode kedua yang telah dijelaskan yaitu Peter Lynch's Fair PER. Penulis sengaja memilih metode ini untuk dijelaskan karena ada banyak investor yang menilai harga wajar sebuah saham melalui nilai PERnya sehingga ada baiknya apabila kita mengetahui kaitan antara PER suatu perusahaan dengan harga sahamnya. Menurut Peter Lynch, harga suatu saham bisa dibilang wajar apabila PERnya bernilai sama atau lebih kecil dengan rata-rata pertumbuhan laba bersihnya selama beberapa tahun terakhir tanpa persen. Akan tetapi metode ini mempunyai syarat khusus dimana perusahaan haruslah membukukan pertumbuhan laba bersih yang stabil dan masalahnya, tidak banyak perusahaan yang seperti ini. Peter Lynch juga mengajarkan suatu metode dengan membuat garis panduan berdasarkan nilai median nilai tengah dari PER suatu perusahaan dari laporan keuangannya beberapa tahun terakhir. Metode ini cocok digunakan untuk menentukan harga wajar dari saham-saham ternama dan fundamental yang solid dan teruji dimana valuasinya sudah sangat mahal, seperti saham-saham consumer goods. Bagi perusahaan yang cyclical, alias pendapatannya tidak menentu dan membentuk suatu siklus untung dan rugi, metode ini kurang cocok digunakan karena dapat memberi bias pada nilai historis PERnya. Contoh perusahaan cyclical ini seperti perusahaaan penghasil komoditas yang bergantung kepada harga komoditas itu sendiri, perusahaan properti, perbankan, dan otomotif yang bergantung kepada suku bunga acuan pemerintah, perusahaan konstruksi yang heavy asset dan sangat bergantung kepada kondisi ekonomi Indonesia, dan lain-lain sebagainya. Nah, masalahnya adalah kebanyakan perusahaan di BEI justru perusahaan cyclical ini. Coba saja Anda perhatikan, tidak perlu susah-susah, lihat saja emiten-emiten apa saja yang ada di LQ45? Kebanyakan perusahaan cyclical seperti yang Penulis sebutkan di atas. Lalu bagaimana cara mengetahui harga wajar perusahaan-perusahaan seperti ini? 3. Fair PBV Ratio Para pesohor value-investing seperti Benjamin Graham dan Warren Buffett sangat sering menjadikan nilai buku per lembar saham sebagai patokan terhadap harga suatu saham dan kemudian membeli saham yang dijual dengan harga jauh di bawah nilai bukunya tadi, dengan kata lain rasio Pbvnya <= 1. Kenapa para pesohor ini menganggap penting Pbv dalam memperkirakan harga suatu saham? Hal ini karena Pbv sangat cocok digunakan untuk perusahaan-perusahaan yang heavy asset, dan pada masa mereka dahulu dan masih sampai sekarang, kebanyakan perusahaan memang memiliki metode operasi yang sama dalam meng-generate revenue streamnya, yaitu mengandalkan aset tangible. Maksudnya bagaimana? Oke, salah satu industri yang heavy asset yaitu industri tambang batubara seperti Adaro, Bukit Asam, Petrosea, dan sebagainya. Sumber penghasilan utama mereka berasal dari tambang-tambang batubara yang mereka miliki beserta peralatan-peralatan berat yang digunakan untuk mengelupas lapisan tanah di pertambangan tersebut. Nah, tambang-tambang dan peralatan-peralatan ini gampang untuk dinilai dan dilaporkan di laporan keuangan mereka sebagai bagian dari aset perusahaan. Dan karena penghasilan mereka berasal dari penjualan batubara yang dihasilkan dari aset-aset ini, maka tentu sangat wajar dan rasional apabila harga sahamnya seharusnya berlandaskan dari bagaimana kemampuan si perusahaan dalam mengelola asetnya untuk menghasilkan keuntungan. Bukan begitu?! Lalu sebagai investor, aset mana yang benar-benar merupakan "milik" si investor? Jawabannya yaitu ekuitas. Loh kok bisa? Gampangnya begini, ketika suatu perusahaan IPO, maka dana IPO yang dikumpulkan dari para investor dicatatkan pada bagian ekuitas di laporan keuangan perusahaan. Dana ini kemudian digunakan oleh perusahaan untuk membeli aset-aset produktif yang diharapkan mampu menghasilkan keuntungan serta digunakan untuk dana operasional dan lain-lain. Apabila kemudian untung dan mendapatkan laba bersih, sebagian laba bersih ini dikembalikan ke investor sebagai deviden, dan sisanya dicatatkan lagi ke dalam ekuitas sebagai saldo laba sehingga jumlah ekuitas ini akan terus bertambah seiring waktu berjalan. Seandainya suatu ketika perusahaan berhutang untuk ekspansi dan membeli aset-aset produktif lain, maka hutang ini dicatatkan ke dalam liabilitas. Meskipun aset perusahaan kemudian bertambah karena hutang ini, tetapi pertambahan aset ini bukan merupakan kontribusi dari investor melainkan dari inisiatif perusahaan. Oleh karena itu, aset yang benar-benar dimiliki oleh para investor adalah total aset setelah dikurangi dengan semua liablitas, sehingga disebut dengan aset bersih ekuitas. Oke, setelah mengetahui aset mana yang benar-benar merupakan milik investor, maka dari kacamata seorang investor, harga saham suatu perusahaan seharusnya berkaitan dengan kemampuan si perusahaan dalam mengelola aset aset bersih, yang notabenenya adalah "milik investor" untuk menghasilkan keuntungan. Dan kemampuan perusahaan dalam mengelola aset bersih ini tercermin dalam nilai Return on Equity RoE. Nah untungnya, Peter Lynch telah menunjukkan suatu pondasi rule of thumb yang sangat bermanfaat dalam menentukan prinsip Fair Pbv Ratio kita. Peter Lynch menunjukkan hubungan antara nilai PER wajar suatu perusahaan sama dengan pertumbuhan laba bersih perusahaan dari waktu ke waktu tanpa persen. Apabila kaitan antara PER dengan pertumbuhan laba bersih dapat berlaku, maka sangat mungkin juga prinsip ini dapat diterapkan antara PBV dengan RoE suatu perusahaan. Seandainya kita mengadaptasi prinsip Peter Lynch di atas ke dalam kasus kita, maka rule of thumb-nya akan menjadi "Nilai Pbv wajar suatu perusahaan sama dengan RoE perusahaan dari waktu ke waktu tanpa persen" Fair Pbv = 1/10*RoE time-to-time without % Apa maksud RoE time-to-time? Kita bisa simak analisis yang pernah penulis berikan disini. Di akhir artikel tersebut, penulis memberikan analisis terhadap Bukit Asam PTBA. Ketika artikel ditulis, harga PTBA berkisar antara 3000-3400 dengan Pbv 2 kali dan sudah naik banyak sejak 2016 dimana harga batubara ketika itu mulai pulih. Berdasarkan LK kuartal I ketika itu, diperkirakan pada akhir tahun RoE Bukit Asam sekitar 36-40%. Dengan menggunakan metode Fair Pbv, maka seharusnya nilai wajar Pbv Bukit Asam adalah sekitar kali, dan ketika itu Pbv Bukit Asam hanya 2 kali sehingga jelas PTBA saat itu undervalue. Setelah LK Q2 Bukit Asam keluar, dan perusahaan diperkirakan mampu mempertahankan nilai RoE sekitar 38%-40%an hingga akhir tahun, maka indikasi Pbv Bukit Asam akan menuju 4 kali semakin kuat. Inilah yang dimaksud dengan RoE time-to-time, dimana perusahaan berdasarkan laporan kuartalnya terus menunjukkan besaran RoE yang minimal hampir sama dengan kuartal-kuartal sebelumnya sehingga peningkatan kinerja perusahaan bukan hanya suatu kebetulan. Dan akhirnya, tidak lama setelah LK Q2nya keluar, saham PTBA terus naik hingga menembus 4800an dan nilai Pbvnya mendekati nilai dari RoE tanpa % yaitu sekitar 4,2 kali. Contoh lain yaitu pada artikel ini yang membahas potensi dari CITA yang masih tergolong perusahaan komoditas penghasil alumina. Pada saat artikel ditulis, harga CITA berkisar di 700an dengan Pbv 2,4an. Dan setelah perusahaan mampu mewujudkan pabrik smelternya bekerja sama dengan investor dari China, CITA mulai mengekspor Alumina ke dalam dan luar negeri sehingga berdasarkan LK Q1nya, CITA membukukan pertumbuhan laba bersih hingga 684% dibanding tahun 2017 dan dengan nilai RoE akhir tahun sekitar 50%an. Berdasarkan metode Fair Pbv, maka seharusnya Pbv CITA akan mendekati 5 kali sehingga jelas ketika waktu itu Pbv CITA hanya 2,4an kali, CITA tergolong sangat-sangat murah!. Ketika CITA merilis LK Q2 yang menunjukkan performa sangat solid seperti kuartal sebelumnya, saham CITA langsung terbang dari 700an ke 1400an, naik dua kali lipat dimana di harga segitu Pbv CITA juga baru 3,2an. Seandainya sepanjang 2018 dan awal 2019 nanti performa CITA masih sangat solid dan konsisten membukukan RoE 50%, maka potensi CITA untuk naik lebih jauh masih sangat terbuka lebar. Dan ada banyak contoh-contoh perusahaan di BEI sana yang apabila Anda mau menghitung masing-masingnya, memiliki nilai Pbv yang berkisar tidak jauh dari nilai RoEnya tanpa %. Apabila Anda menemukan perusahaan yang seperti itu, bisa dikatakan harga perusahaan tersebut sudah merupakan harga wajarnya. Bisa naik lebih jauh apabila seandainya perusahaan masih mampu membukukan performa RoE yang lebih tinggi pada tahun-tahun berikutnya, ataupun bisa langsung jeblok seandainya perusahaan tiba-tiba merugi. Jadi Fair Pbv Ratio ini merupakan metode yang menurut penulis sangat sesuai digunakan untuk mencari harga wajar mayoritas saham-saham di Indonesia. Pengecualian pada saham-saham consumer goods atau saham lain yang valuasinya premium karena memang fundamentalnya yang telah teruji dalam jangka waktu yang sangat lama dan faktor intangible asset perusahaan yang sangat kuat. Dan juga saham-saham yang tergolong light asset seperti perusahaan software ataupun digital startup yang untungnya di Indonesia belum banyak perusahaan seperti ini, kecuali kalau nanti perusahaan seperti Gojek, Tokopedia, Bukalapak melakukan IPO dan perusahaan asuransi. Nah, untuk perusahaan dengan valuasi premium bahkan pertamax seperti ini, maka metode pendekatan yang bisa kita gunakan untuk menentukan harga wajarnya adalah Discounted cash flow Discounted owner's earning kalau versi Opa Warren Buffett dan juga median P/S Ratio yang InsyaAllah akan kita bahas pada artikel selanjutnya. Ÿ˜€
Sampaidi sini kamu sudah paham bagaimana cara mencari PER saham yang benar dengan rumusnya langsung. Tapi jangan senang dulu karena masih ada ilmu penting yang harus kamu ketahui kalau mau tau persis bagaimana menilai harga wajar saham dengan PER ini. Jadi baca terus sampai tuntas ya, termasuk tautan artikel lanjutan yang diselipkan di artikel
Ilustrasi investor pria pemuda sedang memegang handphone smartphone gadget mengecek portofolio keuntungan dari hasil investasi reksadana saham obligasi surat berharga negara secara online dengan transaksi pembayaran - Apa yang kita pertimbangkan ketika memilih produk reksadana untuk investasi? Jawaban yang sering muncul adalah kinerja historis, alias pergerakan reksadana dan kaitannya dalam memberikan keuntungan di masa lampau. Karena itu, sebelum memilih berinvestasi di reksadana sebaiknya investor melakukan penilaian terhadap kinerja yang ingin dimilikinya. Dalam memilih produk reksadana, investor perlu mempertimbangkan tujuan investasi dan horizon jangka waktu dari tujuan tersebut. Terkait dengan hal itu, maka dasar pemilihan reksadana tidak melulu kinerja atau return reksadana sebagai indikator yang paling banyak digunakan secara umum. Dengan demikian, memilih reksadana harus hati-hati. Sebab, kalau seleksi hanya berdasarkan kinerja historis saja tanpa melihat pergerakan naik-turun fluktuasi lebih jauh dari reksadana yang bersangkutan, justru bisa mendorong pemilihan produk yang kurang sesuai dengan profil risikonya. Berikut beberapa cara untuk menganalisis kinerja reksadana dengan benar 1. Bandingkan reksadana dengan benchmark yang tepat Informasi pertama yang perlu dianalisis terkait kinerja reksadana ialah return dibandingkan dengan tolok ukur yang sesuai. Misalnya, jika Anda ingin melihat seberapa baik kinerja reksadana Anda, yang terbaik adalah membandingkannya dengan pengembalian rata-rata dari jenis reksadana yang sama. Perhatikan bahwa salah satu reksadana Anda mengalami penurunan nilai yang besar tetapi reksadana yang lain kinerjanya baik dalam jangka waktu tertentu, ini bukan indikasi bahwa reksadana yang sedang menurun harus dibuang dari portofolio Anda. Lihatlah jenis dan kategori reksadana yang sama terlebih dahulu untuk memahami apakah reksadana dalam kategori tersebut memiliki kinerja yang serupa. Anda juga dapat menggunakan indeks untuk benchmark. Sebagai contoh, jika reksadana tersebut banyak dialokasikan ke dalam saham, patokan yang baik adalah Indeks Harga Saham Gabungan IHSG. Jika IHSG turun 10 persen selama periode tertentu, namun reksadana Anda “hanya” turun 8 persen, hal tersebut seharusnya tidak perlu membuat Anda khawatir dengan kinerja reksadana Anda, karena secara umum kinerja pasar saham sedang kurang baik. 2. Ketahui kapan kinerja reksadana bagus bisa menjadi buruk Jika Anda berinvestasi dalam reksadana, terutama reksadana saham, kemungkinan Anda berencana untuk menahannya setidaknya selama tiga tahun atau lebih. Namun, bukan berarti return jangka pendek, katakanlah 1 tahun, tidak relevan. Bahkan return 1 tahun untuk reksadana yang sangat tinggi dibandingkan dengan dana lain dalam kategorinya dapat menjadi sinyal peringatan. Ya, kinerja yang kuat bisa menjadi indikator negatif. Ada beberapa alasan, salah satu alasannya adalah bahwa return yang luar biasa tinggi bersifat abnormal. Alasan lain untuk tetap menghindar dari kinerja jangka pendek yang tinggi adalah karena hal ini akan menarik investor untuk berinvestasi di reksadana tersebut. Jumlah uang yang lebih kecil akan lebih mudah dikelola dibandingkan dengan jumlah yang lebih besar. Lebih banyak investor berarti lebih banyak uang. Reksadana yang memiliki kinerja di tahun tertentu yang hebat bukan berarti akan memiliki kinerja yang sama di tahun selanjutnya. Bahkan, peningkatan dana kelolaan yang besar bisa sangat merusak prospek reksadana untuk kinerja masa depan. Inilah sebabnya mengapa manajer investasi yang baik menutup dana untuk investor. 3. Fokus pada periode 5 dan 10 tahun untuk kinerja reksadana Sebagai contoh, mungkin seorang fund manager memiliki filosofi investasi konservatif yang mengarah pada kinerja relatif lebih tinggi selama kondisi ekonomi yang buruk, tetapi kinerja relatif lebih rendah dalam kondisi ekonomi yang baik. Kinerja reksadana bisa terlihat kuat atau lemah sekarang, tetapi apa yang mungkin terjadi dalam 2 atau 3 tahun ke depan? Mempertimbangkan fakta bahwa kondisi pasar terus berubah, kita dapat menilai reksadana dari setiap perubahan arah pasar. Kemudian biasanya setiap fund manager memiliki gaya dan strategi masing-masing, namun dalam meracik investasinya harus sesuai dengan ketentuan yang ada dalam prospektus. Misalnya, sebagian besar siklus ekonomi siklus yang terdiri dari periode resesi dan pertumbuhan adalah 5 hingga 7 tahun. Juga, selama periode 5-7 tahun, paling tidak ada satu tahun di mana ekonomi lemah atau dalam resesi dan pasar saham merespons secara negatif. Kemudian selama periode 5 sampai 7 tahun yang sama kemungkinan ada setidaknya 4 atau 5 tahun di mana ekonomi dan pasar positif. Jika Anda menganalisis reksadana dan tingkat pengembalian 5 tahun lebih tinggi dari sebagian besar reksadana sejenis, maka reksadana tersebut bisa Anda koleksi. Reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal investor. Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito. Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka. KA01/AM *** Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK? - Daftar jadi nasabah, klik tautan ini - Beli reksadana, klik tautan ini - Pilih reksadana, klik tautan ini - Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS DISCLAIMER Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.
Hargawajar saham bisa berpatokan pada harga penutupan pasar saat itu. Saham XYZ misalnya. Jika harga penutupan perdagangan hari itu Rp2.000 misalnya, maka harga penutupan itu bisa langsung dijadikan sebagai nilai pasar wajar ( fair market value) dari saham tersebut.
Skip to content Kalkulator KeuanganKonsultasi Perencanaan KeuanganRencana PensiunRencana Dana PendidikanReview AsuransiReview InvestasiIn House TrainingEventEbookArtikelKalkulator KeuanganKonsultasi Perencanaan KeuanganRencana PensiunRencana Dana PendidikanReview AsuransiReview InvestasiIn House TrainingEventEbookArtikelKalkulator KeuanganKonsultasi Perencanaan KeuanganRencana PensiunRencana Dana PendidikanReview AsuransiReview InvestasiIn House TrainingEventEbookArtikel Home » Saham » Cara MUDAH Belajar Analisa Harga Wajar Saham Buat Pemula! Dibaca Normal 13 Menit Cara MUDAH Belajar Analisa Harga Wajar Saham Buat Pemula! Bagaimana cara analisa harga wajar saham? Yuk ketahui cara mudah belajar analisa harga saham di sini. Supaya gak rugi, harus bisa menganalisa. Gak pakai lama-lama langsung aja. Analisa Harga Wajar SahamCara Analisa Fundamental Saham dengan Top Down Approach1 Kondisi Makro Dunia Usaha2 Kondisi Sektor dan Industri3 Kondisi Fundamental PerusahaanAnalisa Fundamental Saham dengan Menggunakan Nilai Intrinsik1 Earning Per Share EPS2 Price to Earning Ratio PER3 Price Earning to Growth Ratio PEG4 Price to Book Value PBV5 Return on Equity ROE6 Dividend Yield Dy7 Debt to Equity Ratio DERBisa Capai Tujuan Keuangan dengan Investasi Saham Analisa Harga Wajar Saham Dalam analisa saham, erat kaitannya dengan analisa teknikal dan analisa fundamental. Namun, dalam menentukan harga wajar saham, analisa fundamental berperan sangat penting. Namun apa itu analisa fundamental? Analisa fundamental saham adalah analisa yang mempelajari kondisi dasar fundamental dari perusahaan termasuk dengan rasio keuangan perusahaan. Analisa fundamental saham ini biasanya digunakan untuk mengambil keputusan dalam membeli atau menjual saham dengan tujuan jangka panjang. Dengan melakukan analisa fundamental, kita bisa mengenal lebih dalam tentang sebuah saham perusahaan. Sebagai investor, penting bagi kita untuk membeli apa yang kita ketahui dan mengetahui apa yang kita jual. Jadi, bukan asal beli atau asal pilih saham ya. Di artikel Finansialku kali ini, kita akan membahas cara analisa fundamental saham, serta rasio-rasio yang digunakan untuk memperkuat analisa fundamentalnya. Check it out! Cara Analisa Fundamental Saham dengan Top Down Approach Kali ini rubrik Finansialku akan membahas tentang analisa fundamental dengan top down approach. Top down approach adalah analisa yang dimulai dari kondisi ekonomi makro, industri perusahaan, kemudian kondisi perusahaannya. Berikut tahapan analisa fundamental menggunakan metode top down approach. GRATISSS Download!!! Ebook Panduan Investasi Saham Untuk Pemula 1 Kondisi Makro Dunia Usaha Kondisi makro dunia usaha sangat dipengaruhi oleh kebijakan ekonomi dari pemerintah. Salah satunya adalah kebijakan penaikkan atau penurunan suku bunga. Apabila suku bunga tinggi maka biasanya investor cenderung untuk menaruh uangnya di bank. Bila begitu, maka dapat menghambat pertumbuhan bisnis suatu perusahaan. Begitu juga sebaliknya, apabila suku bunga rendah maka investor cenderung lebih memilih saham daripada tabungan bank. Dengan demikian maka perusahaan bisa lebih mengembangkan bisnisnya. [Baca Juga Mana yang Lebih Menguntungkan Yuk Nabung Saham VS Yuk Investasi Reksa Dana] Selain itu, harga saham juga dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi. Ketika ekonomi lesu maka kinerja perusahaan juga bisa ikut memburuk. Akibatnya, harga saham menjadi turun. Sedangkan apabila ekonomi menguat maka prospek dari perusahaan juga terlihat semakin baik. Alhasil, harga sahamnya juga naik. Selain faktor ekonomi, ada faktor lainnya yang juga turut memengaruhi harga saham. Faktor tersebut adalah kestabilan dari politik dimana faktor ini memengaruhi kondisi dunia usaha. 2 Kondisi Sektor dan Industri Naik turunnya harga saham juga dipengaruhi oleh kondisi industri perusahaan. Apabila pertumbuhan industri bertumbuh dengan pesat maka efeknya harga saham perusahaan di industri tersebut ikut naik. Contohnya, di tahun 2007, di industri pertambangan, harga komoditas melambung tinggi karena harga minyak dunia yang naik secara drastis. Akibatnya, harga-harga saham perusahaan tambang batubara dan minyak juga ikut naik secara signifikan karena pendapatan dan laba yang meningkat. Tapi, di tahun 2015, harga minyak dunia turun. Bahkan penurunannya sampai ke titik terendahnya. Dengan begitu, harga saham perusahaan pertambangan juga mengalami kelesuan karena banyak yang turun secara signifikan. 3 Kondisi Fundamental Perusahaan Pergerakan harga saham perusahaan tentunya dipengaruhi oleh kondisi fundamental dari perusahaannya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah manajemen perusahaannya, kondisi keuangan perusahaannya, orang yang mengelola perusahaannya, dan lain sebagainya. Perusahaan dengan fundamental yang baik biasanya memiliki harga saham yang baik juga. Analisa Fundamental Saham dengan Menggunakan Nilai Intrinsik Hal yang tak kalah pentingnya dalam analisa fundamental saham adalah nilai intrinsik atau nilai wajar dan rasio-rasio keuangan suatu saham perusahaan. Setelah mendapatkan harga wajar, nantinya harga tersebut akan dibandingkan dengan harga di pasar saham tersebut. Nantinya, hal tersebut akan memengaruhi keputusan beli atau menjual saham. [Baca Juga Finansialku Podcast Eps 60 – Virus Corona dan Investasi Saham] Untuk menghitung nilai wajar ini, biasanya menggunakan data dari laporan keuangan perusahaan tersebut seperti rasio-rasio keuangannya. Ada banyak rasio-rasio keuangan. Namun, kali ini akan di bahas 7 rasio valuasi saham yang penting diketahui ketika menganalisa saham. Berikut 7 rasio keuangan yang digunakan untuk menghitung harga wajar saham di laporan keuangan perusahaan. 1 Earning Per Share EPS EPS adalah rasio laba bersih per lembar saham. Misalnya, kalau EPS bernilai Rp 200 maka, setiap lembar saham menghasilkan laba sebesar Rp 200. Perusahaan yang baik, memiliki EPS yang bertumbuh dari waktu ke waktu. Semakin meningkat EPS suatu perusahaan tentunya semakin baik. Rumus untuk menghitung EPS adalah EPS = laba bersih jumlah lembar saham 2 Price to Earning Ratio PER PER merupakan rasio yang menggambarkan keuntungan suatu perusahaan dibandingkan dengan harga sahamnya. PER adalah lamanya waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal yang dipakai untuk membeli saham. Rumus menghitung PER adalah PER = Harga saham laba per lembar saham EPS Contohnya, harga saham Rp 200, EPS nya Rp 50 per tahun berarti PER perusahaan tersebut = 4x Jadi, artinya apabila laba perusahaan tetap tidak bertumbuh atau berkurang maka Anda membutuhkan waktu 4 tahun untuk balik modal. PER suatu perusahaan biasanya dianggap murah kalau PER nya lebih rendah daripada PER rata-rata di industri. Kalau suatu perusahaan memiliki PER dibawah rata-rata per industri maka saham tersebut dianggap murah. Selain itu, pada umumnya, saham dengan PER dibawah 10x dianggap murah. Sedangkan saham dengan PER diatas 20x dianggap mahal. Jadi, semakin kecil PER suatu perusahaan semakin murah ya. 3 Price Earning to Growth Ratio PEG PEG adalah rasio yang digunakan untuk mengukur nilai kepantasan antara harga saham, laba yang dihasilkan per lembar sahamnya, serta harapan pertumbuhan perusahaan. Semakin rendah PEG maka semakin murah sahamnya. Rumus menghitung PEG adalah PEG = PER / Growth Ratio / 100 4 Price to Book Value PBV PBV adalah rasio yang menggambarkan seberapa besar pasar menilai harga sebuah perusahaan dibandingkan dengan kekayaan bersihnya. Rumus menghitung PBV adalah PBV = Harga Saham Nilai Buku per Lembar Saham BV Contoh, PBV sebesar 3x maka, hal itu berarti harga saham sudah tumbuh 3x lipat dibandingkan dengan kekayaan bersih suatu perusahaan. Biasanya, investor disarankan untuk memilih saham dengan PBV yang lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata. PBV industri. [Baca Juga Weekly Update 22-26 Juni 2020 IHSG, Emas, Reksa Dana, Saham, Kurs] PBV yang rendah biasanya sering dijadikan patokan oleh investor yang sedang mencari saham yang murah dibawah nilai wajarnya. Jadi semakin rendah PBV nya maka semakin dianggap murah sahamnya. Sedangkan PBV yang tinggi biasanya dikarenakan harga pasar yang sudah terlalu tinggi. 5 Return on Equity ROE ROE adalah rasio perolehan laba bersih yang dibukukan perusahaan dibandingkan dengan total kekayaan bersih yang dimiliki perusahaan tersebut. ROE dapat dikatakan sebagai indikator seberapa efisien perusahaan tersebut. Rumus menghitung ROE adalah ROE = laba bersih kekayaan bersih Jika ROE sebesar 15% maka setiap Rp 100 kekayaan bersih perusahaan yang ditanamkan oleh pemodal bisa memberikan kontribusi laba bersih sebesar Rp 15. Untuk memilih saham dengan ROE yang baik, Anda dapat membandingkan ROE perusahaan sejenis di industri yang sama atau dengan membandingkan rata-rata ROE industri. Selain itu, Anda juga membandingkan ROE perusahaan tersebut dari waktu ke waktu. Jadi, Anda dapat melihat trend ROE nya apakah cenderung naik atau turun. Disarankan untuk memilih ROE perusahaan yang minimalnya 10%. GRATISSS Download!!! Ebook Panduan Sukses Atur Gaji Ala Karyawan 6 Dividend Yield Dy DY adalah rasio yang menggambarkan seberapa besar pembagian dividen yang dibagikan oleh perusahaan terhadap harga sahamnya di pasar. Tapi perlu diketahui bahwa tidak semua perusahaan membagikan dividen ya. Rumus menghitung DY adalah DY = Dividend per lembar saham harga saham Contohnya jika suatu perusahaan membagikan dividen sebesar Rp 150 per lembar saham, dan harga saham sekarang adalah Rp 1500 maka dividend yield nya adalah sebesar 10%. Anda disarankan memilih perusahaan dengan DY minimal sebesar 3%. Pilihlah saham perusahaan yang memiliki DY cukup besar. Mengapa demikian? Karena hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan memiliki laba bersih yang stabil. 7 Debt to Equity Ratio DER DER adalah rasio jumlah utang kewajiban yang dimiliki perusahaan dibandingkan dengan modal bersihnya. Jika DER1 maka perusahaan memiliki utang yang lebih besar dibandingkan dengan modal bersihnya. Hal ini juga bisa diartikan perusahaan memiliki risiko keuangan yang cukup besar. Dengan begitu, maka pada umumnya investor disarankan untuk memilih saham yang memiliki DER kurang dari 1 ya. Rumus menghitung DER adalah DER = Total kewajiban utang kekayaan bersih modal sendiri Bisa Capai Tujuan Keuangan dengan Investasi Saham Sebelum lanjut, Finansialku sarankan untuk Anda bergabung dengan komunitas reksadana dan saham Finansialku. Di komunitas itu, Anda dapat belajar dengan orang yang berpengalaman dan belajar bersama sesama orang-orang yang tertarik pada saham. Bila Anda tertarik dengan saran ini, silakan klik link berikut ini. Oke kita lanjutkan ya, setelah mengetahui cara analisa fundamental saham untuk investor pemula, maka sekarang Anda lebih paham dengan analisa fundamental bukan? Jangan lupa untuk melakukan analisa yang mendalam sebelum memulai berinvestasi ya. Lakukan analisa fundamental saham dengan top down approach serta rasio-rasio keuangannya. Dengan memilih saham perusahaan yang memiliki fundamental yang baik namun dengan harga wajar maka dapat membantu Anda mencapai tujuan keuangan Anda. Jadi, apakah Anda sudah mantap untuk memulai investasi saham? Yuk bagikan artikel ini kepada rekan dan sahabat Anda, dan apabila Anda masih punya pertanyaan seputar isi artikel, dengan senang hati Finansialku akan menjawab untuk Anda. Jadi apapun pertanyaan Anda silakan tulis di kolom yang sudah disediakan. Sumber Referensi Rivan Kurniawan. 13 Desember 2018. Pentingnya Analisis Fundamental dan Rasio Keuangan dalam Investasi Saham. – Admin. 29 Oktober 2018. Rumus Valuation Ratio Cara Menghitung Harga Saham Wajar Pada Laporan Keuangan Perusahaan. – V3. 24 Juni 2020. Simulasi Pemasukan dari Deviden Beberapa Saham. Admin. 17 Juni 2015. Tujuan Analisa Harga Wajar Saham. – Virtina Thionita, BBA memiliki background pendidikan S1 jurusan Business Administration, konsentrasi Wealth Planning di President University. Memiliki ketertarikan dan pengalaman di bidang investasi, perencanaan keuangan, dan entrepreneurship. Related Posts Page load link Go to Top
2V6HId. 79hjrhnk1m.pages.dev/56979hjrhnk1m.pages.dev/30079hjrhnk1m.pages.dev/59679hjrhnk1m.pages.dev/47379hjrhnk1m.pages.dev/28479hjrhnk1m.pages.dev/26179hjrhnk1m.pages.dev/9679hjrhnk1m.pages.dev/173
bagaimana menilai harga wajar dari sebuah reksadana